By. Muh. Imam Sanusi Al Khanafi
Masih edisi di bulan Ramadhan, saya meneruskan
kajian Jawahirul Adab di Bait ke sepuluh karya Kyai Nawawi. Di tema ini, saya tidak
bosan mengingatkan kepada murid untuk menuntut ilmu dengan cara menghormati guru. Hal ini akan mempengaruhi kualitas ilmu yang
didapatkannya. Banyak kitab-kitab akhlak di era klasik yang membahas betapa
pentingnya peran guru dalam memberikan pencerahan dhahir dan bathin, khususnya
dalam bidang agama. Maka jangan sekali-kali memiliki fikiran kotor kepada guru.
Fikirkanlah hal yang positif, dan tinggalkanlah yang negatif. Dalam ta’lim wa
muta’alim di bab faslun fi ta’dzimi al ilmi wa ahlihi (Jarnuji: t.t: 17) dijelaskan,
اعلم أن طالب العلم لا ينال العلم ولا ينتفع به إلا
بتعظيم العلم وأهله، وتعظيم الأستاذ وتوقيره
“Ketahuilah, sesungguhnya orang yang
mencari ilmu itu tidak akan memperoleh ilmu dan kemanfaatannya, kecuali dengan
memuliakan ilmu beserta ahlinya, dan memuliakan guru.”
Menuntut ilmu tidak sekedar menjadi pintar,
nilai yang baik, dan mendapatkan ijazah. Namun harus memikirkan masa depannya
apakah ilmu yang sudah dicari bisa membawa keberkahan dan kemanfaatan. Banyak
sekali yang memiliki kecerdasan, namun tidak membawa kemanfaatan di
lingkungannya. Justru yang biasa-biasa saja mampu menjadi peneduh
masalah-masalah yang ada di lingkungannya. Sehingga menjadi panutan masyarakat di
sekitarnya. Inilah yang dimaksud berkah.
Syekh Nawawi memberikan beberapa cara dalam
memulyakan guru dalam baitnya. Dalam bait ke sepuluh dijelaskan, ketika murid bertemu
dengan gurunya hendaknya tidak acuh tak acuh. Seyogyanya mengagungkannya dengan
cara berhenti, minggir, dan menyapa secara halus. Di era sekarang masih banyak yang belum sadar diri
dengan hal dasar seperti ini. Egois yang sudah tertanam pada benak murid mulai
mengakar kuat. Tidak heran kalau sekelas Prof. Quraish Shihab sampai mengarang
buku yang berjudul “yang hilang dari kita akhlak”. Karena kebobrokan mindseat
pemuda masa kini sudah jauh dari tradisi Islam di Nusantara. Selain itu, kurangnya
edukasi penanaman adab dan akhlak kepada pemuda di era kini.
Selanjutnya bait ke sebelas dijelaskan, Ketika guru sampai di kelas seharusnya murid sudah dalam keadaan siap di tempat, dan menyiapkan tempat duduk gurunya. Hal ini untuk melatih kesunggguhannya menuntut ilmu dan memulyakan pembawa ilmu. Bukan guru yang harus mengoprak-oprak murid dan menunggunya sampai masuk dalam kelas. Sebetulnya ilmu itu dicari bukan mencari. Murid harus peka terhadap kebutuhannya. Sungguh aneh, dahulu murid berbondong-bondong untuk mencari gurunya. Namun sebaliknya, dalam ruang lingkup sekolah formal kebnayakan berbanding terbalik dalam tradisi shalafus shalih. Mereka guru harus menjemput bola. Agar pembelajaran bisa kondusif. Hal ini sudah menjadi hal yang biasa. Mengingat background kehidupanlah yang menjadikan murid harus di tata secara perlahan-lahan.
Begitulah keadaan dunia pendidikan saat ini. Guru harus sabar dalam menghadapi situasi di era sekarang. Di saat strategi dhahir sudah diterapkan dan hasilnya tidak sesuai dengan
angan-angannya. Maka selebihnya kita serahkan diri kepada Allah. Berikan fatihahmu
untuk murid-muridmu dalam setiap ibadah shalat yang dijalani. Doakanlah
mereka, semoga Allah membukakan hatinya untuk menjadi anak yang lebih baik. Wallahu
a’lamu bi ash shawab.
Komentar
Posting Komentar