Langsung ke konten utama

Kajian Takhrij Al Hadis dengan Aplikasi Kutub At Tis’ah di Smartphone

 


By. Muh. Imam Sanusi Al Khanafi

Teknologi dewasa ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terbukti banyaknya sarana pendukung untuk program pendidikan dan pembelajaran di lembaga pendidikan. Diantaranya aplikasi software jami’ al kutub at-tis’ah. Aplikasi ini digunakan untuk menelusuri otentisitas hadis. Selain itu, tidak hanya menjadi alat bantu dalam kegiatan penelitian hadis, melainkan juga untuk kepentingan mempelajari hadis, khususnya bagi peminat studi hadis.

Di perguruan tinggi, kajian studi hadis perlu diperkenalkan aplikasi cara mentakhrij hadis, guna menambah pengetahuan tata cara penelitian hadis. Takhrij hadis merupakan kajian penelusuran hadis di sumber kitab aslinya (kutub al mu’tabarah). Kemudian hadis tersebut diteliti sanad dan matannya. Setelah ditelaah dengan bepedoman dengan kaidah-kaidah ilmu hadis dirayah dan riwayah, hadis dapat diketahui statusnya dari segi kualitas dan kuantitas (Abdul Muhdi Ibn  Abdil Qadhir Ibn Abdil hadi, Thuruq Takhrij al Hadis Rasulillah, 2012, h.13).

Aplikasi jami’ al-kutub at-tis’ah merupakan salah satu media untuk mendeteksi kredibilitas sebuah hadis, ditinjau dari segi kualitas, diterima atau tidaknya hadis tersebut. Aplikasi ini hanya sebagai alat bantu memudahkan penelitian, namun tetap dikroscek di rujukan aslinya. Guna menambah keyakinan apabila aplikasi ini sesuai yang ada di kutubul mu’tabarah.  Ada beberapa langkah untuk menggunakan aplikasi ini, Pertama siapkan smartphone android yang support. Minimal memori yang digunakan sekitar 648 MB. Kedua, download aplikasinya di playstore. Usahkan wifi atau paketan yang digunakan support. Ketiga, install aplikasinya. Berikut tampilannya,

Keempat, klik تخطي والمتابعة بدون تسجيل (Lewati dan lanjutkan tanpa mendaftar) . Sebagaimana dalam gambar di bawah ini,

Kelima, pilih بحث (pencarian atau searching). Kemudian ketik redaksi hadis yang akan ditakhrij di kolom. Seperti gambar di bawah ini,

Penampilan aplikasi setelah redaksi hadis di searching

Hadis dari Sunan Abi Dawud (contoh yang diambil)

Dari penelusuran aplikasi hadis di atas, dapat diketahui bahwa sumber hadis yang diteliti berada diantara kutub at-tis’ah. Apabila hadis berada di kitab shahih bukhari atau muslim, bisa disimpulkan hadis tersebut shahih. Namun apabila  termaktub di kitab sunan, maka bisa shahih, hasan, atau dhaif. Sedangkan untuk hadis yang sanadnya tidak ada atau tidak bisa dipertanggungjawabkan, bisa jadi hadis yang diteliti maudhu’. Hal ini perlu diklarifikasi melalui riwayat sanad (tarikh perowi), komentar para kritikus hadis, dan hadis pendukung (syawahid). 

Pelajaran takhrij hadis sangat penting untuk dipelajari. Mengingat, ini sudah masuk zaman Post Gen Z atau dikenal juga dengan generasi alpha. Generasi ini tumbuh di tengah perkembangan teknologi yang terus berlanjut. Mereka sudah terbiasa dengan perangkat teknologi sejak usia dini dan seringkali menjadi pengguna yang mahir dalam menggunakan teknologi.

Namun, yang menjadi titik permasalahan ialah kurangnya pengetahuan untuk memilah dan memilih mana informasi yang kredibel (dapat dipercaya) dan hoax (berita bohong). Khususnya terkait kredibilitas sebuah hadis. Masih ada sebuah hadis yang dijadikan status atau disebarluaskan ke khalayak umum, tanpa disharing terlebih dahulu ke referensi primer. Anehnya lagi, masih ada pemahaman hadis secara tekstual. Hal ini justru menghasilkan episteme yang kaku, kolot, dan radikal. Pemahaman secara kontekstual sangat diperlukan, guna pengkaji hadis mampu mencari pemahaman hadis yang lebih tepat, apresiatif dan akomodatif terhadap perubahan dan perkembangan zaman. Sehingga ia tidak terjebak dalam kungkungan teks hadis, melainkan juga perlu memperhatikan konteks sosio-kultural waktu itu.

Pembelajaran penelitian hadis seiring perkembangan zaman perlu diperkenalkan, sehingga pada nantinya bisa membedakan mana hadis dan mana maqalah. Sehingga tidak terburu-buru menjustifikasi pernyataan Nabi Saw. Selain itu, kajian ini membekali mereka lebih kritis untuk menentukan otentisitas hadis berdasarkan kualitas dan kuantitas. Sehingga, disaat terjun di masyarakat mampu menjadi pemikir yang moderat, tawasuth, dan tawazun. Apabila ada yang mamahami teks hadis secara harfiah, yang menyebabkan gejolak pertikaian, mereka mampu membentengi dirinya untuk tidak mudah terpancing hasutan golongan ekstrem. Wallahu a’lam bi ash-shawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL HADARI DAN SAFARI VERSI ASY-SUYUTI

By. Muh. Imam Sanusi al Khanafi Pembahasan mawathin an-nuzul dalam kajian ilmu-ilmu al Quran memang selalu menarik perhatian. Tanpa ilmu ini, tentunya akan sulit untuk mendeteksi kronologis turunnya ayat al Quran. Dari segi definisi, mawathin an nuzul merupakan suatu kajian yang membahas tentang waktu, tempat, dan berbagai peristiwa turunnya ayat al Qur'an. Karya fenomenal Jalaludin Asy-Suyuti, yang dikenal dengan kitab Ilmu Tafsir Manqul min Itmam Dirayah, merupakan maha karya yang di dalamnya menghidangkan berbagai khazanah ilmu untuk memahami al Qur'an. Menurut hemat penulis, kitab ini bisa dibilang merupakan karya yang diciptakan untuk menyederhanakan kajian yang berkaitan dengan ilmu al Qur'an. Tujuannya tidak lain supaya mudah diingat dan dipahami dengan baik. Hidangan yang ditawarkan juga tidak bermuluk-muluk. Beliau mampu menyeimbangkan antara teoritis dan praksis, artinya pembahasan yang diuraikan pasca  teori langsung menuju ke contoh-contoh. Hal ini juga dikuatk...

MEMBUMIKAN KAIDAH AD-DHARARU YUZALU DI ERA COVID-19

By. Muh. Imam Sanusi al akhanafi Dalam kajian qawaidul fiqhiyah, kita pasti mengenal qawaidul kubra, yakni suatu formulasi kaidah yang telah disepakati mayoritas mazhab. Qawaidul kubra sendiri merupakan kaidah dasar yang memiliki cakupan skala menyeluruh. Secara historis, qawaidul fiqhiyah tercipta setelah hukum fiqh. Sedangkan hubungannya dengan ushul fiqh, ia ibarat seperti cucu (qawaidul fiqhiyah) dan kakek (ushul fiqh). Sedangkan ayahnya fiqh. Objek kajian dari qawaidul fiqhiyah ialah bersifat horizontal, antar sesama manusia. Berbeda dengan ushul fiqh, yang besifat vertikal, karena berkaitan dengan proses penggalian nash. Sehingga muncul produk hukum fiqh. Adapun qawaidul fiqhiyah yang tergolong dari qawaidul kubra, ialah al umuru bi maqasidiha, al yakinu la yuzalu bi as-syak, al musyaqqah tajlibu taysir, ad dhararu yuzalu, dan al adatu muhakkamah. Dalam kajian ini, penulis lebih terfokus pada kaidah ad-dhararu yuzalu. Kaidah ini bisa menjadi terobosan baru dalam mengatasi kegers...

Menyoal Pemahaman Hadis Kepemimpinan Perempuan

By. Muh. Imam Sanusi Al Khanafi Saat diskusi kajian ilmu hadis di kelas, penulis memberikan warning bagi siswa-siswi agar tidak ceroboh dalam memahami hadis. Apalagi sekedar melihat di media sosial seperti tiktok, instagram, twitter, facebook, ataupun youtube tanpa dianalisa kredibilitas hadisnya, apakah bisa dipertanggungjawabkan ataupun tidak. Kemudian secara kualitas hadis bisa maqbul (diterima) atau mardud (ditolak). Apalagi hanya mencantumkan lafadz qala rasulullah, tanpa disharing terdahulu lafadznya. Anehnya, lafadz tersebut langsung dijadikan status dengan mengatasnamakan nama hadis. Padahal yang dishare bukan hadis. Sehingga bisa membahayakan diri sendiri ataupun masyarakat. Untuk mengantisipasi kesalahan dalam mengidentifikasi kualitas hadis, ada beberapa cara untuk menganalisa otentisitas hadis, diantaranya dengan kajian takhrijul hadis dan maanil al-hadis. Dalam diskusi tersebut, ada segelintir pertanyaan menyangkut kepemimpinan perempuan dalam tinjauan hadis. Memang menar...