By. Muh. Imam Sanusi Al Khanafi
Di era Pandemi, Pondok Pesantren Terpadu al-Kamal tetap giat mengadakan rutinitas seperti biasanya, seperti kajian kitab kuning, qiraatul qur'an, ekstra, ro'an, dan berjamaah. Walaupun hingga kini kasus positif covid-19 tetap meningkat, pesantren tetap optimis dengan berbagai cara untuk menetralkan mind seat wabah covid-19 kepada santri. Supaya mereka tetap beraktifitas seperti sediakala dan fokus dalam mencari Ilmu. Peraturan ketat yang dilakukan oleh satgas covid-19 merupakan upaya untuk memutus mata rantai covid-19. Hingga kini, pengurus satgas selalu cemas dan siap siaga memikirkan nasib para santri. Grub Whatsapp satgas hampir setiap saat selalu dipenuhi dengan aneka koordinasi dari berbagai unit asrama. Baik dari kabar kesehatan, pendidikan, keamanan, maupun wali santri yang selalu prihatin terhadap anaknya.
Perlu dimaklumi, ini era millenial, bukan era klasik. Wali santri zaman now memang susah untuk diberi arahan. Beda dengan era klasik, wali santri percaya dengan sepenuhnya bila anaknya tidak ngekos, tapi benar-benar dibimbing oleh Kiai dan pengurusnya untuk menjadi orang yang Muttaqin, dan kelak ilmunya bisa berimbas ke orangtuanya. Mereka yakin bila Allah selalu menyertainya. Santri akan dicetak menjadi orang yang tafaquh fi din, dan menjadi investasi kedua orang tuanya kala sudah meninggal. Mereka lebih menginginkan sengsara sementara untuk melepas kepergian anaknya, ketimbang nanti sengsara selamanya, akibat anak tidak memiliki pengetahuan agama yang baik.
Beda dengan orang tua millenial, walaupun pengurus tiap hari memikirkan santri hingga dirinya sendiri kadang kurang terurus. Mereka tetap ngotot(dalam terminologi Jawa: ngeyel) ingin menemuinya, tidak jarang mereka mencari celah lengahnya pengurus. Penulis masih ingat, di musim pandemi orang tua dilarang menemui anaknya. Walaupun dengan seribu alasan, santri bila bertemu dengan orangtuanya, ta'zir (hukuman) akan berlaku. Sayangnya, masih ada wali santri yang sengaja mencari waktu luang untuk menemui anaknya.
Di era ini, orang tua zaman now tidak bisa disejajarkan dengan orang tua zaman old. Pengurus harus memiliki metode khusus untuk memberikan arahan yang baik, tanpa menimbulkan percekcokan. Pengurus sadar, peraturan menonaktifkan persambangan dan liburan menjadikan orang tua semakin rindu terhadap anaknya. Dengan kerinduan inilah anak yang sebelumnya tenang, nyaman, dan harmonis menjadi gelisah. Akhirnya, anak yang semestinya fokus mencari ilmu menjadi terganggu. Sebetulnya, santri keluar tanpa izin (sering mbobol dalam bahasa Jawa) tidak sepatutnya kesalahan dilimpahkan kepada mereka. Bisa jadi akibat kegelisahan wali santri memikirkan anaknya di pondok. Ingat, kegelisahan orang tua juga bisa berimbas kepada anaknya. Karena hubungan antara anak dan kedua orangtua tidak bisa dipisahkan, walaupun jarak yang memisahkankan. Secara dhahir (jasmani) bisa terpisah, tap hubungan secarai bathin (rohani) tetap saling menyambung. Hal ini terbukti tatkala penulis menghadapi wali dan santri daftar ke pondok. Dikala proses penyerahan santri dari orang tua sudah selesai, anak yang seharusnya santai, tenang, dan hidup secara harmonis dengan para santri lainnya menjadi gelisah. Terkadang kurang semangat mengaji, dan bahkan tak jarang sering izin untuk mengubungi orang tuanya untuk disambang secara berkala. Mengusut masalah tersebut, ternyata problem yang dialami santri ialah kerinduan orang tua kepada anaknya.
Di waktu musyawarah, pengasuh memberikan terobosan baru terkait masalah maraknya kasus kerinduan antara orang tua dan anak. Beliau memberikan gagasan baru tentang adanya momen lepas rindu berjamaah. Yakni melepas kerinduan antara anak dan orang tua secara berjamaah. Tujuannya untuk meminimalisir pelanggaran antara wali dan santri. Dilain sisi, baik pengasuh maupun pengurus juga merasa kasihan atas peraturan ketat di era Pandemi ini. Memperketat peraturan merupakan solusi terbaik untuk menghindari kluster baru covid-19. Kita tahu, banyak sekali pesantren-pesantren yang lengah dengan protokol kesehatan. Akibatnya, tak sedikit santri yang terpapar virus covid-19. Kasus ini sebagai bentuk pembelajaran tiap pesantren, bila sedikit saja lengah, maka mangsa akan menyambarnya secara masal.
Terobosan baru yang dihidangkan oleh pengasuh patut dijadikan pertimbangkan oleh jajaran pengurus pusat. Di lain waktu, pengurus pusat mengadakan rapat sendiri terkait pembahasan tersebut. Al hasil, pengurus berisiniatif membuat konten youtube tentang aktivitas santri sehari-hari. Guna untuk dieksposkan ke semua wali santri. Supaya kerinduan mereka terobati. Kreativitas tim IT diharapkan berdampak positif terhadap respon wali santri dan masyarakat sekitar. Konten video yang dibuat tidak secara umum, dalam artian tidak dalam ruang lingkup semua firqah dalam satu konten video. Tapi dibuat secara step by step, yakni tiap firqah (asrama).
Dengan keanekaragaman kreativitas santri tiap asrama. Konten video yang dibuat tidak monoton, santri bebas berekspresi layaknyan sedang menikmati aktivitas sehari-hari, tanpa dikekang dengan aturan tim IT. Hasilnya, konten video YouTube yang disebarkan di berbagai media, baik Whatsapp, Facebook, Instragram, Twitter diserbu dengan komentar yang beranekaragam. Baik dari pengamat pesantren, alumni, maupun wali santri mayoritas memberikan komentar yang positif.
Diantara aneka komentar yang menyentuh hati, khususnya dari orang tua kepada anaknya, pertama, dari ibu Nurul Hidayah,"Bapak dan Ibu selalu mendoakan, semoga apa yang kamu cita-citakan, dalam mengejar cita-cita tercapai ya nduk, dan semoga istiqomah." Kedua, ibu Nur Hidayati,"Doa bapak ibu selalu menyertaimu anakku, semangat terus. Semoga kamu jadi anak Sholehah dan berguna bagi bangsa dan agama. Shofiku sayang." Ketiga, bapak Iko Jerry,"Do'a terbaik kami buat kalian semua anak-anakku yang shalihah. Lelahku saat ini suksesmu kemudian hari. Berkah manfaat, sehat dan semangat selalu anak-anakku Ivaku (dengan emoticon cinta)."
Dari kawan alumni juga ada yang berpartisipasi memberikan komentar. Ada yang memberikan motivasi, doa kepada adik-adiknya, request untuk konten asrama lain, rindu dengan asrama yang ditempatinya dulu, memberikan emoticon cinta untuk asramanya dan juga memberikan pesan terharu terhadap video tersebut.
Konten youtube yang dihidangkan berdampak positif dari berbagai kalangan masyarakat. Khususnya para wali santri yang senantiasa melontarkan kata-kata bijak kepada anaknya melalui pesan komentar. Terlihat kata-kata yang terlontar dari wali santri seakan-akan sulit untuk ditahan. Dengan hati nurani yang mendalam, semua isi hati yang sempat dipendam secara spontan diungkapkannya dalam bentuk tulisan. Hingga mereka tidak memperdulikan tulisan tersebut pada nantinya dibaca orang. Ibarat seperti ikan yang mendapatkan makanan. Tidak memperdulikan kawan-kawannya.
Lepas kangen via youtube merupakan terobosan baru Kiai yang diimplementasikan pengurus dengan pengelolaan yang kreatif. Sehingga selain melatih santri berinovasi, juga membebaskan santri untuk berkarya. Hasil karya yang dihidangkan menarik perhatian dari berbagai civitas. Semoga dengan adanya konten ini memberikan keyakinan, khususnya wali santri untuk tidak gelisah dengan kehidupan anaknya di era Pandemi ini. Cukup lantunan doa orang tua yang dibutuhkan mereka dalam menghadapi perjalanan hidupnya dalam mendapatkan kemanfaatan dan keberkahan ilmu. Wallahu a'lam bi Ash shawab
Mantab
BalasHapus