Oleh. Muh. Imam Sanusi Al Khanafi
Di sesi ramadhan selanjutnya, saya meneruskan kajian kitab Jawahirul Adab. Kajian ini sudah masuk ke isi tentang tata cara menanamkan pendidikan karakter kepada murid. Perlu diketahui, pendidikan karakter pada dasarnya telah diajarkan oleh nabi, yakni dengan bil irsyad, bi at tatbiq, dan bi at tashih . Bil irsyad , nabi memberikan kajian lisan kepada sahabat berupa pengarahan. Misal: nabi memberikan pengarahan atau teori tata cara pemanfaatan sedekah agar lebih mengutamakan sedekah kepada keluarganya atau kerabatnya terlebih dahulu. Bi at tatbiq , nabi menjelaskan secara aplikatif melalui peragaan. Misal: Nabi mencontohkan tata cara sholat kepada sahabat selain memberikan pengarahan kepada mereka. Bi at tashih, nabi memberikan koreksi kesalahan dalam memahami tarbiyah yang dilakukan nabi kepada sahabat. Misal: Informasi tentang kebolehan seseorang untuk makan dan minum di malam bulan Ramadhan, hingga munculnya fajar waktu subuh. Namun sahabat masih gagal paham terkait penjelasan nabi.
Tarbiyah yang dilakukan nabi ini
perlu diimplementasikan kepada generasi sekarang. Tentunya pendidikan karakter
ini bisa diawali dengan hal-hal yang mendasar. Seperti penjelasan kyai Nawawi
dalam bait ke enam, ketika murid bertemu dengan seorang guru seyogyanya
menyapanya dengan uluk salam. Guru juga perlu membiyasakannya untuk
memberikan contoh kepada muridnya. Uluk salam ketika bertemu tidak hanya
diaplikasikan kepada murid dan guru, melainkan kepada orang tua, dan sesama
manusia. Supaya budaya saling menebar kebaikan bisa mengakar kuat.
Masih dalam bait ke enam, murid
perlu membiyasakan diri untuk membahagiakan guru. Jangan sampai melukai hati
gurunya. Hal ini juga dijelaskan dalam kitab ta’lim muta’alim (Jarnuji:
t.t: 20),
فمن تأذى منه أستاذه يحرم بركة العلم ولا ينتفع بالعلم إلا
قليلا
“Barangsiapa melukai hati gurunya, maka tertutuplah keberkahan
ilmunya dan hanya sedikit manfaat ilmu yang dapat dipetiknya.”
Membahagiakan
guru tidak harus berbentuk material. Membiasakan diri untuk bertingkah laku
baik kepada guru, orang tua, dan sesama manusia sudah mampu menyenangkan hati
gurunya. Tentunya terus berproses untuk menjadi lebih baik dan
bermanfaat bagi sekitarnya.
Dalam
bait ke tujuh, apabila bertemu dengan gurunya alangkah baiknya menundukkan
kepala. Maksudnya, pendidikan ini mengarahkan murid agar melatih diri untuk
bersikap rendah diri. Tidak menyombongkan diri kepada gurunya. Jangan
seolah-olah murid merasa lebih pintar kepada gurunya. Hal ini bisa menyebabkan
kecerdasan emosional tidak berfungsi. Tentunya bisa mempersulit dirinya untuk
mendapatkan ridha gurunya. Era sekarang sudah jarang sekali menerapkan hal
seperti ini. Dikarenakan guru lebih memfokuskan kepada transfer of knowledge.
Pendidikan karakter mulai sirna di lingkungan sekolah formal.
Bait
ke delapan dan sembilan dijelaskan, seharusnya murid tidak memalingkan fikirannya ke yang
lainnya ketika guru menjelaskan materi. Murid setidaknya fokus tehadap materi
yang dijelaskan. Jangan sampai bergurau kepada sesama temannya. Hal ini juga
melatih diri untuk saling menghargai. Walaupun kajian yang diulas pernah
didengar atau membosankan. Kalau dalam bahasanya kyai Nawawi hukumnya wajib
mendengarkan penjelasan guru. Apabila murid mendapatkan kesulitan dalam
pemahaman yang diterangkaan oleh gurunya, seyogyanya masalah itu bisa
dikonsultasikan kepada guru. Jangan sampai malu dan tidak mau untuk bertanya.
Barangkali pemahaman itu bisa diperoleh dengan bimbingan guru melalui berbagai
proses. Seperti muthalaah pelajaran yang sudah dikaji oleh gurunya, memberikan
hidayah fatihah kepada gurunya, berdiskusi, dan berdoa kepada Allah. Insya
allah proses ini akan mendapatkan hasilnya. Kuncinya ialah yakin, semangat, dan
istiqamah.
Kebiasaan
mendasar tata krama antara murid dan guru perlu dilatih. Dengan kebiasaan yang
mendasar bisa meningkatkan dan memperkuat adab dan akhlaknya. Menjadi lebih
baik tidak harus dimulai dengan yang sulit, melainkan diawali dengan hal-hal
yang mudah. Mengawali hal yang mudah tentunya butuh ketelatenan dan
konsistensi. Wallahu a’lam bi ash shawab
Adab dan akhlak merupakan hal utama dalam menuntut ilmu. Terimakasih ilmunya. Sangat bermanfaat
BalasHapus