Langsung ke konten utama

Tradisi Brokohan di Blitar, Sambut Hari Lahirnya Pancasila

 

By Muh. Imam Sanusi Al Khanafi

Dalam rangka memperingati hari lahirnya Pancasila pada tanggal 1 Juni 2024, tradisi yang hingga sekarang masih eksis dilakukan oleh warga Blitar diantaranya Brokohan. Tradisi ini dilakukan oleh warga kanigoro. Masyarkat berbondong-bondong dengan membawa sajian makanan berupa nasi tumpeng atau berkat. Penyajian makanan tidak harus mewah. Yang terpenting menu yang disuguhkan ada. Inti dari kegiatan ini sebagai sarana rasa syukur kepada sang pencipta atas lahirnya dasar negara Indonesia yaitu Pancasila.

Tradisi Brokohan bisa dikatakan dengan bancaan. Kata Brokohan diambil dari bahasa arab barakah (ngalap berkah). Dalam tradisi Jawa brokoh merupakan nampan bambu bulat yang fungsinya untuk meletakkan nasi kenduri (Istiana dan Indrojarwo: 2016). Masyarakat dahulu mengadakan tradisi ini dengan mengundang tetangga atau orang terdekat untuk diajak berdo’a dan diakhiri dengan makan Bersama.

Pemaknaan Brokohan juga bisa dikatakan sebutan yang digunakan saat bayi baru lahir 1 hari dengan penguburan ari-ari (plasenta). Masyarakat Jawa menyebut ari-ari dengan sedulur papat limo pancer. Ari-ari sangat berperan penting dalam jalur hidup si Ibu kepada Janin. Karena berguna untuk mengirimkan makanan dan oksigen dari darah si ibu kepada janin (Della Rizkiyana, 2023).

Bertepatan hari lahirnya Pancasila, merupakan momentum yang tepat bagi warga Blitar untuk memperingatinya dengan tradisi Brokohan. Kelahiran Pancasila dianggap sebagai anugerah dan karunia dari sang pencipta, dan melalui ritual selamatan bertujuan supaya negara Indonesia senantiasa mendapat perlindungan dari-Nya. Menjadi negara gemah ripah loh jinawi (kekayaan alam yng melimpah) dan toto Tentrem karto raharjo (keadaan negara yang tentram, damai, dan Sentosa).

Dalam jurnal ICONITIES (International Conference on Islamic Civilization and Humanities (Azizah Nur Laili: 2023), makanan yang dibawa dalam tradisi Brokohan memiliki simbol makna tertentu. Pertama, Urap-urap. Urap berasal dari kata urip yang maknanya hidup. Sajian ini sebagai pelengkap tumpeng. Urap-urap terdiri dari beberapa sayuran, seperti bayam, kacang Panjang, dan tauge yang dicampur dengan parutan kelapa. Menariknya, ada beberapa makna yang terkandung didalamnya. Bayam disimbolkan kehidupan yang aman dan damai. Kacang Panjang disimbolkan agar manusia selalu berfikir Panjang sebelum bertindak dan juga melambangkan Panjang umur. Tauge melambangkan kreativitas tinggi.

Kedua, telur rebus. Sebagai simbol kelahiran yang akan memulai menuju kehidupan yang lebih baik. Telur rebus ada dua warna, kuning dan putih. Warna putih sebagai simbol kesucian. Sedangkan kuning menggambarkan hati yang bijaksana. Ketiga, sambel goreng. Sebagai pelengkap sajian. Supaya lebih nikmat. Keempat, ayam. Disimbolkan supaya tidak tamak. Ayam tidak makan semua makanan. Melainkan memilih makanan yang menurutnya baik. Manusia juga seperti itu, bisa memilih mana yang baik atau buruk.

Pemaknaan setiap makanan yang disuguhkan dalam tradisi ini tidak sembarangan. Tiap hidangan yang disediakn memiliki pesan dan do’a. Agar hajat yang diharapkannya dikabulkan oleh sang pencipta. Sebelum acara dimulai, biasanya tokoh agama setempat memulainya dengan mukadimah beserta penjelasan filosofi tiap hidangan yang disuguhkan. Kemudian dilanjutkan dengan tawasul, tahlil, dan diakhiri dengan do’a. Setelah itu makanan dibagikan kepada warga yang menghadirinya untuk disantap bersama-sama.

Tradisi Brokohan merupakan tradisi Jawa yang perlu di budayakan. Banyak nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini. Pertama, sebagai bentuk rasa Syukur kepada sang pencipta atas Rahman dan Rahim yang diberikan oleh-Nya. Agar Indonesia menjadi negara baldatun tayyibatun wa rabbun Ghafur (negeri yang baik dengan Allah yang maha ghafur). Sehingga akan terwujud negeri yang diberkahi dan diampuni oleh-Nya.Kedua, menciptakan kerukukunan. Sehingga munculnya kerekatan talipersaudaraan antar sesama manusia. Wallahu a’lam


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL HADARI DAN SAFARI VERSI ASY-SUYUTI

By. Muh. Imam Sanusi al Khanafi Pembahasan mawathin an-nuzul dalam kajian ilmu-ilmu al Quran memang selalu menarik perhatian. Tanpa ilmu ini, tentunya akan sulit untuk mendeteksi kronologis turunnya ayat al Quran. Dari segi definisi, mawathin an nuzul merupakan suatu kajian yang membahas tentang waktu, tempat, dan berbagai peristiwa turunnya ayat al Qur'an. Karya fenomenal Jalaludin Asy-Suyuti, yang dikenal dengan kitab Ilmu Tafsir Manqul min Itmam Dirayah, merupakan maha karya yang di dalamnya menghidangkan berbagai khazanah ilmu untuk memahami al Qur'an. Menurut hemat penulis, kitab ini bisa dibilang merupakan karya yang diciptakan untuk menyederhanakan kajian yang berkaitan dengan ilmu al Qur'an. Tujuannya tidak lain supaya mudah diingat dan dipahami dengan baik. Hidangan yang ditawarkan juga tidak bermuluk-muluk. Beliau mampu menyeimbangkan antara teoritis dan praksis, artinya pembahasan yang diuraikan pasca  teori langsung menuju ke contoh-contoh. Hal ini juga dikuatk...

MEMBUMIKAN KAIDAH AD-DHARARU YUZALU DI ERA COVID-19

By. Muh. Imam Sanusi al akhanafi Dalam kajian qawaidul fiqhiyah, kita pasti mengenal qawaidul kubra, yakni suatu formulasi kaidah yang telah disepakati mayoritas mazhab. Qawaidul kubra sendiri merupakan kaidah dasar yang memiliki cakupan skala menyeluruh. Secara historis, qawaidul fiqhiyah tercipta setelah hukum fiqh. Sedangkan hubungannya dengan ushul fiqh, ia ibarat seperti cucu (qawaidul fiqhiyah) dan kakek (ushul fiqh). Sedangkan ayahnya fiqh. Objek kajian dari qawaidul fiqhiyah ialah bersifat horizontal, antar sesama manusia. Berbeda dengan ushul fiqh, yang besifat vertikal, karena berkaitan dengan proses penggalian nash. Sehingga muncul produk hukum fiqh. Adapun qawaidul fiqhiyah yang tergolong dari qawaidul kubra, ialah al umuru bi maqasidiha, al yakinu la yuzalu bi as-syak, al musyaqqah tajlibu taysir, ad dhararu yuzalu, dan al adatu muhakkamah. Dalam kajian ini, penulis lebih terfokus pada kaidah ad-dhararu yuzalu. Kaidah ini bisa menjadi terobosan baru dalam mengatasi kegers...

Menyoal Pemahaman Hadis Kepemimpinan Perempuan

By. Muh. Imam Sanusi Al Khanafi Saat diskusi kajian ilmu hadis di kelas, penulis memberikan warning bagi siswa-siswi agar tidak ceroboh dalam memahami hadis. Apalagi sekedar melihat di media sosial seperti tiktok, instagram, twitter, facebook, ataupun youtube tanpa dianalisa kredibilitas hadisnya, apakah bisa dipertanggungjawabkan ataupun tidak. Kemudian secara kualitas hadis bisa maqbul (diterima) atau mardud (ditolak). Apalagi hanya mencantumkan lafadz qala rasulullah, tanpa disharing terdahulu lafadznya. Anehnya, lafadz tersebut langsung dijadikan status dengan mengatasnamakan nama hadis. Padahal yang dishare bukan hadis. Sehingga bisa membahayakan diri sendiri ataupun masyarakat. Untuk mengantisipasi kesalahan dalam mengidentifikasi kualitas hadis, ada beberapa cara untuk menganalisa otentisitas hadis, diantaranya dengan kajian takhrijul hadis dan maanil al-hadis. Dalam diskusi tersebut, ada segelintir pertanyaan menyangkut kepemimpinan perempuan dalam tinjauan hadis. Memang menar...