Langsung ke konten utama

Postingan

KRITIK KARTINI TERHADAP TRADISI ISLAM DI JAWA

  By. Muh. Imam Sanusi Al-Khanafi                      Kartini merupakan salah satu pejuang emansipasi wanita yang memiliki jasa besar terhadap eksistensi pendidikan perempuan di Indonesia. Dari pengalaman hidupnya, yang selalu dikekang dengan kehidupan ala kolonial dan tradisi jawa. Sehingga, kehidupannya tidak bisa leluasa untuk berkarya layaknya seperti kaum adam. Kartini sendiri tergolong dari darah bangsawan dan santri. Dari keturunan ibunya, kakek dan neneknya merupakan seorang penganut Islam yang taat. Dari keturunan bapaknya, silsilah keturunannya sampai pada sultan hemengkubuwono VI. Barangkali ada yang menyangka bila ia merupakan kaum kejawen asli, atau dalam terminologi Gerrtz termasuk abangan. Anggapan demikian perlu dilanjuti dengan sumber yang lebih otoritatif. Sejak kecil, kartini kecil dibesarkan dalam lingkungan tradisi intelektual. Kakak kartini, Sosrokartono merupakan cendekiawan muda yang kehidupannya ke...
Postingan terbaru

Menyoal Pemahaman Hadis Kepemimpinan Perempuan

By. Muh. Imam Sanusi Al Khanafi Saat diskusi kajian ilmu hadis di kelas, penulis memberikan warning bagi siswa-siswi agar tidak ceroboh dalam memahami hadis. Apalagi sekedar melihat di media sosial seperti tiktok, instagram, twitter, facebook, ataupun youtube tanpa dianalisa kredibilitas hadisnya, apakah bisa dipertanggungjawabkan ataupun tidak. Kemudian secara kualitas hadis bisa maqbul (diterima) atau mardud (ditolak). Apalagi hanya mencantumkan lafadz qala rasulullah, tanpa disharing terdahulu lafadznya. Anehnya, lafadz tersebut langsung dijadikan status dengan mengatasnamakan nama hadis. Padahal yang dishare bukan hadis. Sehingga bisa membahayakan diri sendiri ataupun masyarakat. Untuk mengantisipasi kesalahan dalam mengidentifikasi kualitas hadis, ada beberapa cara untuk menganalisa otentisitas hadis, diantaranya dengan kajian takhrijul hadis dan maanil al-hadis. Dalam diskusi tersebut, ada segelintir pertanyaan menyangkut kepemimpinan perempuan dalam tinjauan hadis. Memang menar...

MEMBUMIKAN KAIDAH AD-DHARARU YUZALU DI ERA COVID-19

By. Muh. Imam Sanusi al akhanafi Dalam kajian qawaidul fiqhiyah, kita pasti mengenal qawaidul kubra, yakni suatu formulasi kaidah yang telah disepakati mayoritas mazhab. Qawaidul kubra sendiri merupakan kaidah dasar yang memiliki cakupan skala menyeluruh. Secara historis, qawaidul fiqhiyah tercipta setelah hukum fiqh. Sedangkan hubungannya dengan ushul fiqh, ia ibarat seperti cucu (qawaidul fiqhiyah) dan kakek (ushul fiqh). Sedangkan ayahnya fiqh. Objek kajian dari qawaidul fiqhiyah ialah bersifat horizontal, antar sesama manusia. Berbeda dengan ushul fiqh, yang besifat vertikal, karena berkaitan dengan proses penggalian nash. Sehingga muncul produk hukum fiqh. Adapun qawaidul fiqhiyah yang tergolong dari qawaidul kubra, ialah al umuru bi maqasidiha, al yakinu la yuzalu bi as-syak, al musyaqqah tajlibu taysir, ad dhararu yuzalu, dan al adatu muhakkamah. Dalam kajian ini, penulis lebih terfokus pada kaidah ad-dhararu yuzalu. Kaidah ini bisa menjadi terobosan baru dalam mengatasi kegers...

Tradisi Brokohan di Blitar, Sambut Hari Lahirnya Pancasila

  By Muh. Imam Sanusi Al Khanafi Dalam rangka memperingati hari lahirnya Pancasila pada tanggal 1 Juni 2024, tradisi yang hingga sekarang masih eksis dilakukan oleh warga Blitar diantaranya Brokohan. Tradisi ini dilakukan oleh warga kanigoro. Masyarkat berbondong-bondong dengan membawa sajian makanan berupa nasi tumpeng atau berkat. Penyajian makanan tidak harus mewah. Yang terpenting menu yang disuguhkan ada. Inti dari kegiatan ini sebagai sarana rasa syukur kepada sang pencipta atas lahirnya dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Tradisi Brokohan bisa dikatakan dengan bancaan . Kata Brokohan diambil dari bahasa arab barakah (ngalap berkah). Dalam tradisi Jawa brokoh merupakan nampan bambu bulat yang fungsinya untuk meletakkan nasi kenduri (Istiana dan Indrojarwo: 2016). Masyarakat dahulu mengadakan tradisi ini dengan mengundang tetangga atau orang terdekat untuk diajak berdo’a dan diakhiri dengan makan Bersama. Pemaknaan Brokohan juga bisa dikatakan sebutan yang digunakan saa...

BELAJAR MEMAHAMI TIPE HUBUNGAN MANUSIA ALA JURGEN HABERMAS

  By. Muh. Imam Sanusi Al Khanafi Habermas dikenal luas sebagai salah satu tokoh Mazhab Frankfurt. Mazhab ini merupakan sebuah komunitas akedemisi intelektual bergengsi disebuah universitas di kota Frankfurt, Jerman (Baca: Mazhab Frankfurt). Ia merupakan generasi kedua Mazhab Frankfurt yang berhasil mengatasi kemacetan teoritis para pendahulunya dengan paradigma baru, yakni paradigma komunikasi intersubyektif yang menempatkan   proses saling memahami sebagai pokok bahasan sentral. Paradigma ini dimaksudkan untuk mendapatkan metodologi kritis atas pemikiran pendahulunya. Pada mulanya, ia mengkritik cara berfikir modernisme yang cenderung obyektif. Semua makhluk di dunia ini diperlakukan sama, yaitu seperti obyek. Menariknya, hubungan antara sesama manusia diasumsikan seperti benda. Misalnya, pembahasan mengenai filsafat cinta. Dalam kerangka berfikir objektifisme, cinta itu bukan soal rasa, cinta termasuk gejala kimiawi. Anehnya, apabila seseorang sedang merasakan jatuh cin...

Edisi Ramadhan (5): Amaliah-amaliah Penuntut Ilmu dan Waktu yang dianjurkan dalam Kitab Jawahirul Adab

  By. Muh. Imam Sanusi Al Khanafi Di bulan Ramadhan ini, penulis melanjutkan edisi ke lima dalam kajian Jawahirul Adab. Dalam kesempatan ini, masih banyak amaliah-amaliah yang dianjurkan oleh ulama’ dalam menuntut ilmu. Tujuannya tidak lain supaya ilmu yang dicari tidak sekedar kulitnya, namun bisa didapat sampai ke akar-akarnya. Tentu ulama’ dahulu tidak instan dalam menciptakan amaliah ini. Berbagai proses telah dilaluinya. Maka tidak heran karya-karya yang dikarang masih eksis di era sekarang. Ulama dahulu tidak sekedar beretorika, namun juga telah mengalami fase-fase sulit dalam menuntut ilmu. Dalam lanjutan materi sebelumya, penulis mengawali pada bait ke lima belas. Dalam bait ini,  kyai Nawawi menyarankan untuk menta’dzimkan ilmu dan sesama pencari ilmu.  Jangan mementingkan diri sendiri dalam thalabul ilmi. Ajaklah temanmu untuk berdiskusi, supaya ilmu yang sulit dipahami bisa diringankan dengan bahsu masail. Metode yang ditawarkan oleh kyai Nawawi sebetulnya sudah diterapkan...

Edisi Ramadhan (4): Tata Cara Menuntut Ilmu dalam Kitab Jawahirul Adab

  By. Muh. Imam Sanusi Al Khanafi Dalam edisi ngaji ke empat di Bulan Ramadhan, saya meneruskan ngaji bersama kitab jawahirul Adab  di bait ke dua belas. Ada beberapa tata cara murid agar berhasil dalam menuntut ilmu, yakni murid harus mendengarkan dan mencatat apa yang diajarkan oleh guru. Tradisi mencatat jangan sampai ditinggalkan. Karena era sekarang bukan era di zaman nabi. Di era nabi memang terkenal era peradaban lisan dan periwayatan. Karena pada saat itu tradisi mencatat dianggap kurang eksis. Sahabat kebanyakan mengandalkan hafalannya dalam menyerap kajian yang diajarkan oleh nabi. Berbeda di era sekarang yang sudah beralih ke tradisi tulisan. Masih dalam bait ke dua belas, ilmu itu seperti hewan. Apabila hewan itu tidak segera diikat, maka hewan itu akan lari. Sama seperti ilmu, apabila tidak diabadikan dalam bentuk tulisan, maka ilmu itu akan cepat hilang. Syekh Az Zarnuji (t.t: 38) dalam ta’lim wa muta’alim dawuh, وينبغى أن يعلق السبق بعد الضبط والإعادة ك...